Aceh Besar- Persoalan Ekonomi , nyaris selalu menjadi alasan dalam setiap tindakan negative yang lahir di tengah kehindupan manusi, terutama yang mengacu kepada tindak kriminalitas bahkan indikator terjerumusnya masnusia kelembah pekerja haram, seperti produksi dan peredaran Narkoba, perampokan, penculikan, hingga pembunuhan.
Didukung pertumbuhan populasi penduduk yang begitu cepat, sedangkan lapangan kerja terus menyempit pasca munculnya sejumlah peralatan canggih, sehingga jasa manusia yang dibutuhkan semakin minim, akhirnya pengangguran menumpuk.
Kondisi ini, layak terjadi di wilayah padang pasir yang tidak memiliki potensi, selain hamparan padang pasir, untuk menciptakan lapangan kerja perikan mustahil terjadi, kendati Aceh yang cukup Kaya potensi kini membuahkan hasil yang serupa dengan daerah Padang pasir,meski air berlimpahan.
Kenyataan ini, harus di akui oleh setiap individu yang hidup di wilayah tropis terutama Aceh ,khususnya Aceh Besar.
walaupun Sebesar Rp 240 milyar anggaran Pusat telah dikucurkan untuk membangun Waduk keliling di Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar, dengan tujuan stok air yang cukup untuk mengairi sawah masyarakat sekitar.
Namun belum tampak manfaat nyata bila, Kehadiran penampung Air capai 180 juta kubit ini, belum dapat di manfaatkan secara optimal.
Namun belum tampak manfaat nyata bila, Kehadiran penampung Air capai 180 juta kubit ini, belum dapat di manfaatkan secara optimal.
Sejak 2007 hingga 2011, sedikitnya 420 ribu benih plus 200 Kilo gram induk ikan telah di taburi kedalam waduk tersebut, yang terdiri dari ikan Mas, gurami, moring serta Bandeng oleh pemerintah dan LSM, untuk dimanfaatkan oleh masyarakat .
Dengan tujuan peningkatan ekonomi masyarakat petani ikan serta pemenuhan kebutuhan ikan air tawar di wilayah Aceh dan tercatat 500 hingga 1000 Kilo gram perhari, telah dapat dihasilkan, tapi semua ini masih sangat jauh harapan penggunaan waduk tersebut secara optimal, Bila mana kebutuhan 17 ton ikan segar perhari di provinsi Aceh belum mampu disediakan oleh lokal.
Angka 5 ton produksi ikan segar perhari, dapat disebut, bentuk hasil minimum daerah bila di bandingkan dengan jumlah suplai dari luar hingga angka 12 ton ikan segar perhari.
Bila harga hanya Rp 22000 perkilo gram senilai Rp 264 juta uang Aceh Cair di Medan setiap harinya, Ketergantungan tersebut, tidak dapat di tapik menjadi indikator peningkatan kemiskinan di daerah ini.
Angka 5 ton produksi ikan segar perhari, dapat disebut, bentuk hasil minimum daerah bila di bandingkan dengan jumlah suplai dari luar hingga angka 12 ton ikan segar perhari.
Bila harga hanya Rp 22000 perkilo gram senilai Rp 264 juta uang Aceh Cair di Medan setiap harinya, Ketergantungan tersebut, tidak dapat di tapik menjadi indikator peningkatan kemiskinan di daerah ini.
kendati, Patut di pertanyakan anggaran Triliunan rupiah selama ini, dikemanakan ?, bila mana potensi yang tersimpan tidak mampu di olah menjadi lapangan kerja untuk menuju kesejahtraan rakyat. kemudian pantaskan kalau Provinsi Aceh yang di kenal demawan dan kaya di masa dahulu,kini segala sesuatu masih mengantungkan diri pada wilayah lain,,,?
data mengatakan sejumlah sindikat dan praktek kerja haram, yang berhasil di bongkar oleh pihak berwajib, sedikitnya 80 persen pelaku berlatar belakang krisis ekonomi.
Maka, tidak fair bila kehausan mencekik leher ditengan hujan deras, tidak patut kelaparan terjadi di Negara Tropis lagi lumbung pangan, tidak lucu kriminalitas berkembang berlatar belakang kemiskinan di tengah daerah yang kaya akan potensi segala jenis usaha.
Solusi untuk kejanggalan tersebut, tidak akan mungkin di jawab oleh sebuah unsur, intansi atau oleh seorang Bupati bahkan Gubernur sekalipun, tanpa turun tangan semua pihak, Untuk kesediaan menggalakkan Budidaya Ikan air tawar di sejumlah lokasi yang berpotensi.
Demikian harapan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, melalui Kepala Dinas kelautan dan Perikanan Ir.MAdil,MSi, usai melakukan pelepasan 20 ribu benih ikan bandeng, bantuan dari BBAP Ujoeng Batee, di waduk keliling Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar ,Kamis ( 21/7), yang merupakan salah satu, wilayah stokis ikan air tawar terbesar di provinsi Aceh.
Demikian harapan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, melalui Kepala Dinas kelautan dan Perikanan Ir.MAdil,MSi, usai melakukan pelepasan 20 ribu benih ikan bandeng, bantuan dari BBAP Ujoeng Batee, di waduk keliling Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar ,Kamis ( 21/7), yang merupakan salah satu, wilayah stokis ikan air tawar terbesar di provinsi Aceh.
“ budidaya ikan air Tawar, cukup menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi rakyat, tapi dukungan dari semua elemen adalah faktor utama kesuksesan ini dicapai,” tandas,M. Adil.(mopr/dln)
Komentar