Pesan Rakyat-Aceh Besar, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mountala,T.Novizal Aiyub, mengatakan, bahwa pihaknya hingga saat ini, belum menerima permohonan pemasangan air minum dari warga desa Rima Keuneureum,kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar, secara serius, sehingga pihaknya belum mau melakukan penyambungan Jaringan air bersih kewilayah itu.
“ Hingga kini belum ada warga Desa Rima Keuneurem yang mendaftar secara serius ke PDAM,” kata Novizal Aiyub, kepada wartawan kemarin di ruang kerjanya di Kota Jantho.
Menurut Novizal, pihaknya tidak akan menunda , permohonan pelanggan, apabila telah melakukan pengajuan pemasangan jaringan air bersih secara prosedurnya, dan melengkapi administrasi yang ada, guna menghindari permohonan palsu.
Tambah aiyub, sebelumnya pihak warga desa Rima Keuneureum,memang sudah pernah di data, kala itu,masih ada pihak NGO, dengan biaya yang di bebankan hanya 50 persen dari harga total, namun hingga kini tidak ada respon apa pun daripihak masyarakat.
“ dulu memeang sudah pernah terdata sedikitnya 140 sambungan , dengan biaya 50 persen, yang di pungut dari masyarakat, sedangkan 50 persen lagi di bayar oleh NGO, tapi para warga tidak menggubrisnya, maka saat ini,sudah pasti harga penuh,” terang Novizal aiyub.
Ungkapan Direktur PDAM tersebut, menyikapi keluhan masyarakat Rima keneureum yang di terima media ini, beberapa waktu lalu.
Dimana sedikitnya 150 kepala Keluarga (KK) di Desa tersebut,belum memiliki sambungan air bersih yang layak di konsumsi, sementara pengajuan pemasangan jaringan air bersih yang di ajukan ke PDAM Tirta Mountala Cabng keutapang , hingga kini tidak di gubris.
” kami telah beberapa kali menanyakan perihal pengajuan kami ke PDAM di ketapang, tapi belum ada keputusan yang kon krit,” kata Aidarus, Sekretaris Desa Rima Keuneureum , kepada media ini .
Aidarus, juga mengutarakan, bahwa sejumlah masyarakat di Desa pinggir bukit Gurah itu,saat ini untuk mandi dan mencuci pakaian warga terpaksa menggunakan air sumur bekas terjangan Tsunami 2004 lalu, meski kondisinya tidak layak di Konsumsi meski untuk mencuci pakaian karena kondisi air selain kuning kehitam-hitaman juga berbau.
Sedangkan untuk minum dan memasak warga terpaksa membeli air bersih dari pedagang, sedikitnya warga harus mengeluarkan uang Rp 10-15 ribu perhari.
Oleh karena itu, tambah Aidarus, warga berharap pemerintah dapat turun tangan, agar masyarakat, mendapatkan air yang layak di konsumsi, pungkas Aidarus. (PR/Dln)
Komentar